Kamis, 24 Maret 2011

Sejarah Kesultanan Banten


Sejarah Banten kesultanan Banten sangatlah mempesona, hiruk pikuk perjuangan masyarakat setempat untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan sebagai manusia dan bangsa menjadi suatu hal yang agung. Tahun 1525 menjadi tonggak berdirinya Kesultanan Banten dengan dipindahkannya pusat pemerintahan dari Banten Girang yang berhasil ditaklukkan ke daerah pesisir (Kecamatan Kasemen sekarang). Banten Girang merupakan wilayah kadipaten dari Kerajaan Padjadjaran di Pakuan (Bogor sekarang). Sejarah juga mencatat bagaimana gigihnya perjuangan rakyat Banten melawan VOC pada masa yang silam, Sultan silih berganti terus mempertahankan bumi Banten dari blokade dan serbuan tentara VOC hingga keruntuhannya akibat politik adu dombanya.

Tahun 1684-1685 dibangunlah Benteng VOC di Banten yang merupakan reruntuhan dari Benteng Kesultanan Banten yang dihancurkan pada saat penyerbuan dan didirikan kembali setelah dapat dikuasai oleh VOC (Belanda). Berdirinya benteng ini menjadi tonggak runtuhnya Kesultanan Banten yang dibangun sejak tahun 1525, walaupun tetap keberadaan Kesultanan Banten tetapi praktis tidak memiliki kedaulatan secara penuh terhadap sistem pemerintahan, dan perekonomian masyarakatnya, seluruhnya sudah diatur dan dikendalikan oleh VOC.

Benteng ini dirancang oleh arsitekur yang sudah masuk Islam dan menjadi anggota kesultanan bernama Hendrick Lucaszoon Cardeel. Benteng yang didirikan itu diberi nama Speelwijk, untuk memperingati Gubernur Jenderal Spleelma.

Kini benteng tersebut tinggal reruntuhan, yang mengingatkan pada generasi sekarang dan masa yang akan datang bahwa di bumi tercinta ini pernah berkuasa penuh sebuah negara Eropa (Belanda) dengan terlebih dahulu menghancurkan masyarakat setempat bila melakukan perlawanan dan tidak mau mengikuti kemauannya. Sisa-sisa bangunan yang kokoh masih tampak hingga sekarang walaupun hanya sedikit yang terlihat masih utuh, sebagaian besar merupakan bagian-bagian pondasinya saja. Benteng ini dibangun dengan material 3 jenis, yaitu batu kali, batu karang dan batu bata yang direkatkan menggunakan semacam semen (ngak tau pada masa itu disebut apa?). Bagian bawah bangunan terbuat dari batu cadas atau karang, sedangkan atasnya terdiri dari batu bata. Kontruksi bangunan ini sangat mirip dengan kontruksi bahan yang digunakan untuk membangun istana Kesultanan Surosowan dan Istana Kaibon, hal ini memberikan teori bahwa pada saat VOC membangun kembali benteng pertahanan Kesultanan yang dihancurkan pada saat penyerbuannya dibangun kembali dengan mempergunakan material yang sama dan tentunya mempergunakan rakyat Banten sebagai tenaga kerjanyajuga.

Sekeliling benteng terdapat parit-parit sebagai celah pertahanan benteng di bagian luar, kini lebarnya kurang lebih 4 meter dengan kedalaman yang dangkal saja. Diperkirakan biasanya parit pertahanan ini pada waktu dahulu tentunya sangat lebar dan dalam sehingga tidak sembarangan orang dapat mendekati benteng tersebut. Masih terdapat pepohonan yang sudah sangat tua umurnya, memberikan arti sendiri saat mengamati bagian luar benteng. Seperti terdapatnya pemakaman ala orang Eropa dengan diberikan bangunan permanen atau tembok untuk mengingatkan siapa yang dimakamkan tersebut, hingga kini masih sangat jelas terlihat. Artinya benteng dan makam tersebut sudah berumur lebih dari 300 tahun.

Di dalam lingkungan benteng, masih terdapat bagian pondasi dari sisa-sisa bangunan yang mungkin dipergunakan sebagai perkantoran atau tempat tinggal, sedangkan di sisi barat masih berdiri kokoh bangunan yang berupa lorong-lorong gelap, konon dulunya dipergunakan sebagai tempat tahanan, penyimpanan senjata, dan logistik. Pada bagian atas bangunan inilah meriam-meriam diletakkan sebagai pertahanan utama benteng. Moncong meriam yang diarahkan langsung ke arah lautan (Teluk Banten), kini jaraknya sangat jauh dari lautan walaupun masih tampak jelas bila dilihat dari atas. Menurut sejarah yang tercatat sebenarnya garis pantai dahulu tidak terlalu jauh dari benteng ini, saat ini mungkin terjadi pengendapan sehingga garis pantai mundur ke arah lau lepas.

Sangat disayangkan keberadaan benteng kini, walaupun ini merupakan sisa-sisa benteng penjajah, tetapi tetap saja menorehkan sejarah yang sangat berarti bagi anak cucu kita. Pos informasi yang pernah dibangun oleh pemerintah daerah kini sudah tidak berpenghuni dan rusak parah, papan informasi yang dulu pernah ada pun telah hilang raib entah kemana. Areal dalam benteng kini berdiri tiang gawang yang selalu dijadikan arena bermain sepak bola olrh masyarakat setempat. Benteng ini telah ada 300 tahun lebih, tidak tahu akan berapa tahun lagi keberadaannya masih ada bila tidak dikelola secara baik. Kotor, kumur, dan sangat tidak terawat, sangat jelas ada upaya-upaya untuk mengambil bagian-bagian material tembok benteng yang mungkin dipergunakan sebagai kenang-kenangan. Kalau hal ini dibiarkan saja tentunya akan "menghabiskan" bangunan benteng.

1 komentar:

  1. kerajaan banten sangat gigi dalam menghadapi kolonialisasi belanda.

    BalasHapus